BAB 41
EMPAT METODE
PEMURIDAN
Yesus menggunakan empat cara
memuridkan orang. Setiap cara memerlukan pendekatan dan tingkat kedewasaan iman
yang berbeda. Jadi bisa saja lebih efektif dalam suatu tipe pemuridan lebih
daripada tipe pemuridan yang lain.
Penting juga bagi kita untuk mengerti
bahwa metode pemuridan ini adalah untuk melatih dan membimbing orang-orang yang
kita bina menjadi seorang Kristen dewasa yang melayani Tuhan. Metode ini adalah
untuk pemuridan. Bukan untuk penggembalaan dari jiwa tersebut, sebab
Penggembalaan adalah lebih fokus pada aspek pemerhatian dari kebutuhan rohani.
Empat Metode
Pemuridan adalah:
1. Modeling (Menjadi
Teladan). Pemimpin melakukan, anak melihat.
2. Mentoring (Menjadi
Mentor). Pemimpin & Anak bersama-sama melakukan.
3. Instructing (Mnejadi
Guru). Anak melakukan, pemimpin melihat.
4. Coaching (Menjadi
Pelatih). Anak melakukan, pemimpin memberi kepercayaan.
Kelihatannya keempat metode di atas
serupa, tapi sebenarnya menggunakan pendekatan yang berbeda.
MODELING –
MENJADI TELADAN
Modeling merupakan cara termudah
untuk memuridkan seseorang. Anda tidak perlu memberitahukan kepada orang lain
bahwa anda sedang menjadi model bagi mereka. Modeling juga dapat diterapkan
baik kepada orang Kristen maupun yang non Kristen. Sebagai salah satu cara
penginjilan lewat hubungan persahabatan, seorang yang melakukan modeling, akan
menjadi teladan dan terang di mana orang lain dapat melihat Kristus lewat diri
kita. Perhatikan teladan yang Yesus lakukan saat Perjamuan Terakhir dalam
Yohanes 13:12-15. Apa yang Yesus coba untuk ajarkan kepada para muridNya?
Apakah pesanNya dapat diterima?
Modeling adalah pendekatan yang
paling tidak frontal dalam pemuridan dan semua orang dapat melakukannya. Setiap
dari kita seharusnya menjadi model kehidupan orang Kristen dimanapun kita
berada.
1 Kor.10:31 mengajarkan, “Aku
menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”
Namun seringkali kita menjadi model
yang negative. Bagaimana kita dapat membuat orang lain bertumbuh dalam Kristus
padahal kita sendiri membicarakan keburukan pemimpin kita dan bergosip tentang
orang lain di gereja?
Exercise:
1. Apakah teladan yang dapat
kita berikan untuk menghentikan kedua hal negative ini?
2. Modeling adalah salah satu
pendekatan yang kita dapat lakukan baik kepada orang percaya (yang menjadi
murid kita maupun tidak) dan orang belum percaya. Idealnya, melalui modeling
seseorang akan bertumbuh dalam Kristus dan dapat dibawa ke tingkat berikutnya
dalam mentoring, instructing dan coaching.
3. Modeling juga adalah saran
ampuh untuk dapat mempengaruhi seseorang yang tidak tertarik akan Tuhan,
keselamatan dan Injil.
MENTORING
Banyak orang menganggap “Mentoring” terjadi saat dua orang duduk bersama dan
mendiskusikan hal-hal yang sifanya rohani. Walaupun anggapan tersebut tidak
salah, namun aksi mentoring masih jauh lebih dari pada yang digambarkan.
Hubungan mentoring dapat dibangun di
atas hubungan modeling yang telah dilakukan sebelumnya, dan dapat juga dibina
dengan seseorang yang belum melewati proses modeling. Dalam hubungan mentoring,
modeling masih tetap dilakukan. Bedanya adalah bahwa dalam mentoring, ada
pengertian dan usaha secara sadar diterima dan dilakukan oleh kedua belah pihak
untuk mementori dan dimentori.
Dalam hubungan mentoring, seorang
mentor akan mengajarkan apa yang harus dilakukan, kemudian menjelaskan apa yang
telah dilakukan. Dengan kata lain, mentoring dimulai, seorang mentor akan
menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan dalam mentoring.
Dalam Yoh. 21:15-17, Yesus menjadi
mentor bagi Petrus. Tiga kali Ia menanyakan apakah Petrus mengasihiNya, lalu Ia
menginstruksikan Petrus untuk menggembalakan domba-dombaNya. Sebelumnya, Petrus
telah mendengar Yesus berbicara soal penggembalaan serta bagaiman Ia menjadi
gembala yang baik. Petrus juga telah melihat Yesus sebagai teladan kasih
dimanapun mereka berada. Namun pada saat itu, Yesus merasa perlu untuk
mengingatkan Petrus contoh-contoh yang telah diberikan sebelumnya.
Exercise:
1. Contoh-contoh mentoring
apa saja yang ada dalam Alkitab?
2. Dapatkan Anda memikirkan
cara mentoring yang dapat dilakukan dalam gereja Anda?
INSTRUCTING –
MENGAJAR
Kita semua terbiasa dengan istilah
instruksi. Dalam bentuk yang paling mudah, Instruksi adalah mengajarkan
beberapa kebenaran kepada orang percaya. Dalam Amanat Agung, Yesus memberikan
mandat kepada para muridNya untuk mengajar orang lain untuk taat terhadap
segala perintahNya. Para murid meresponi mandat ini dengan cara memberikan
instruksi dalam beberapa metode.
Dalam hubungan mentoring, seringkali
ada pemberian instruksi namun hanya pada skala individu ataupun kelompok kecil.
pemberian instruksi dapat dilakukan kepada ribuan orang dalam waktu yang
bersamaan. Bukan berarti kita punya kesempatan untuk ssekali merengkuh dayung
tiga pulau terlampaui, namun instruksi kita bisa sampai kepada banyak orang
yang jumlahnya lebih bayak lebih banyak daripada anggota kelompok kecil.
Pemberian instruksi tidak perlu
dilakukan secara lisan, melainkan bisa dibuat dalam bentuk tulisan, seperti
tulusan Paulus yang dapat kit abaca dalam Perjanjian Baru. Saat ini,instruksi
dapat dilakukan lewat email maupun web page.
Pemberian instruksi dapat dilakukan
secara pribadi maupun tidak. Namun seperti halnya mentoring, agar pemberian
instruksi dapat berjalan efektif, Anda perlu memiliki siswa yang mau diajar.
Anda dapat mencoba memberikan instruksi kepada beberapa orang, namun jika
mereka tidak mau mendengar maka Anda hanya membuang-buang energy saja.
Exercise:
Metode
pemberian instruksi apa lagi yang dapat Anda dapat pikirkan?
Dalam hal
apa pemberian instruksi mirip dengan modeling & mentoring?
Dan apa
beda pemberian instruksi dari modeling & mentoring ?
COACHING -
PELATIHAN
Metode terakhir dari pemuridan adalah
coaching (pelatihan). Sejauh ini kita sudah melihat cara modeling, mentoring
dan instructing. Ketiga tipe pemuridan ini dapat digunakan dengan tujuan suatu
hari dapat membangun hubungan coaching atau hubungan coaching dapat dibangun tanpa
lebih dahulu dilakukan pemuridan.
Seperti halnya mentoring, coaching
membutuhkan tingkat kepercayaan dan keintiman yang tinggi. Modeling dan
instructing dapat dilakukan tanpa ada hubungan pribadi, namun pada coaching
dibutuhkan hubungan yang pribadi.
Hubungan coaching tidak bisa dimulai
dari bawah, melainkan harus dibangun di atas pemuridan yang telah dilakukan
sebelumnya. Mungkin pemuridannya tidak dilakukan oleh Anda, melainkan dilakukan
oleh orang lain. Dalam hubungannya dengan gereja, seseorang yang dilatih sudah
punya dasar Alkitab yang kuat karena sebelumnya telah memperoleh instruksi dan
dimentori oleh orang percaya yang dewasa rohani.
Dalam hubungan coaching (pelatihan),
seorang pelatih menyuruhorang yang ia latih untuk mempraktekkan hal-hal yang
telah mereka terima dalam training. Ketika kembali, mereka melaporkan hal-hal
yang telah terjadi. Setelah itu pelatih akan memberikan semangat, koreksi
instruksi lebih jauh maupun hal-hal lain yang dapat membantu saat orang yang ia
latih keluar untuk praktek lagi.
Secara singkat, untuk dapat terjadi,
hubungan coaching membutuhkan syarat sebagai berikut:
-
Tingkat kepercayaan & keintiman yang tinggi.
-
Modeling & instructing dapat dilakukan tanpa hubungan
pribadi, coaching sangat butuh hubungan pribadi yang kuat.
-
Seorang yang dilatih harus sudah punya dasar Alkitab yang
kuat
-
Dalam coaching (pelatihan), pelatih menyuruh yang dilatih
untuk praktekkan hal-hal yang telah dia terima sebelumnya.
-
Seorang murid akan kembali untuk laporkan pengalaman dan
hal-hal yang telah terjadi.
-
Pelatih akan memberikan semangat, koreksi, instruksi lebih
jauh maupun hal-hal lain yang dapat membantu.
-
Murid mau keluar untuk praktek dan mencoba apa yang telah di
usulkan.
Yesus berperan sebagai seorang
pelatih saat Ia mengutus ke 70 orang murid dalam Lukas 10. Para murid kembali dan
melaporkan bagaiman setan-setan bertekuk lutut pada mereka dalam nama Yesus.
Yesus menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan otoritas yang Tuhan telah
berikan dalam nama Yesus.
Exercise:
Contoh-contoh pelatihan apa lagi yang
dapat Anda pikirkan? Dalam bidang olah raga, jika suatu tim berpenampilan
buruk, maka yang kerap disalahkan adalah pelatihnya. Mungkin tampaknya tidak adil, tapi hal ini
menekankan pentingnya pelatihan yang baik. Semua orang dapat menjadi model bagi
orang lain, namun tidak semnua orang dapat menjadi pelatih yang efektif.
Seorang pelatih harus rela
mengijinkan muridnya menghadapi kegagalan sehingga mereka dapat belajar dan
tidak mengulangi kesalahan yang sama. Seseorang dapat mempunyai instruktur yang
baik, tapi saat tiba waktunya untuk mengaplikasikan hal-hal yang telah
dipelajari, maka semua orang dapat menjadi pelatih yang efektif.
Seorang pelatih harus rela
mengijinkan muridnya menghadapi kegagalan sehingga mereka dapat belajar dan
tidak megulangi kesalahan yang sama. Seseorang dapat mempunyai instruktur yang
baik, tapi saat tiba waktunya untuk mengaplikasikan hal-hal yang telah
dipelajari, maka seorang instruktur yang hebat pun belum tentu menyiapkan orang
tersebut untuk praktek di dunia nyata.
Sebagai contoh, instruksi yang hebat
mengajarkan kepada kita untuk memberikan pipi kanan saat pipi kiri ditampar,
untuk merendahkan diri, dan untuk mengendalikan amarah. Namun saat diperhadapkan
dengan orang yang pemarah dan kasar, maka akan lebih sulit untuk mempraktekkan
istruksi di atas. Bahkan orang yang telah menerima instruksi dengan baikpun
dapat gagal mengendalikan diri. Seorang pelatih akan menggunakan keadaan ini
sebagai kesempatan pembelajaran. Daripada memberikan instruksi yang
berulang-ulang, pelatih justru akan bertanya bagaimana muridnya bereaksi
menghadapi hal tersebut bila kejadian itu terulang lagi. Pelatih dan murid
dapat berbagi ide tentang cara menangani masalah itu dan apa yang akan lakukan
dalam situasi yang sama.
Seorang pelatih tidak berfungsi
sebagai guru, tapi leb ih sebagai fasilitator. Pelatih yangbaik akan membuat
muridnya mampu menghadapi sebuah masalah secara mandiri dan menggunakan
peristiwa itu sebagai waktu-waktu pembelajaran saat mereka bertumbuh. Waktu-waktu
pembelajaran ini bisa jadi tidak direncanakan sebelumnya tapi muncul dalam
suatu keadaan, dan pelajaran berharga bisa kita tarik dari kejadian tersebut.
Tuhan Yesus sendiri memiliki banyak
waktu-waktu pembelajaran lewat pelayananNya.
Semua orang dapat menjadi model bagi
orang lain, namun tidak semua orang dapat menjadi pelatih yang efektif.
Syarat seorang pelatih:
-
Harus rela megijinkan muridnya gagal, supaya tidak mengulangi
kesalahan. .
-
Melakukan lebih dari sekedar instruksi.
-
Menggunakan keadaan sebagai kesempatan pembelajaran.
-
Mau bersama dengan murid mencari pemecah masalah.
-
Tidak berfungsi sebagai guru, tapi lebih ssebagai fasilitato.r
-
Membantu muridnya seupaya mampu hadapi masalah dengan mandiri
& kuat.
Exercise:
1. Sebutkan beberapa contoh
lain saat Yesus melatih para muridnya.
2. Diskusikan dengan Penilik
anda dan tuliskan bentuk pendekatan pemuridan yang anda akan ambil untuk setiap
anggota sel anda, menurut level dan kebutuhan mereka pada saat ini.
3. Tuliskan cara pemuridan
apa yang merupakan cara yang anda paling kuasai dan yang mana yang paling tidak
anda kuasai.